Mengapa Aku Dibedakan?

Pak Guru, Apakah Saya Bisa Secerdas Murid Kesayanganmu?

Pak Guru, Aku ini ingin cerdas.
Seperti dia…
Pak Guru, Aku ini ingin bisa.
Seperti dia …
Pak Guru, Aku ini memang lambat berpikir.

Tidak seperti dia …
Pak Guru, Aku ini memang bandel.
Tidak seperti dia …
Lalu aku harus bagaimana?
Mengapa semua guru selalu memuji dan memperhatikannya
Mengapa semua guru pada berebut mengajari dia
Kau bilang sekolah ini salah menerima murid sebodoh aku
Tetapi sekolah bilang ini adalah tempat untuk mencerdaskan manusia
Kau bilang bahwa kau akan membuat murid menjadi bisa dan senang belajar
Tapi mengapa kau hanya mengajari orang yang sudah bisa.
Pak Guru, aku harus bagaimana?
Dewasa ini telah banyak dikembangkan system pembelajaran terbaru dan menyenangkan sehingga kecerdasan bangsa menjadi merata dan adil. Berbagai macam acara banyak diselengarakan semisal training, workshop, dan pendampingan sekolah bermutu. Pertanyaannya, apakah mereka sudah menjadi guru hebat?
Melihat perkembangan pendidikan yang begitu drastic apa lagi banyak yang sudah menerapkan pendidikan berbasis digital. Apakah perlakuan pendamping pendidikan ini sudah mencerminkan apa yang dikeluhkan oleh siswa? Ini yang menjadi pertanyaan besar.
Tidak banyak tenaga pendidik yang mampu menerapkan hasil yang diperoleh dari kegiatan training dan belajarnya pada sekolah atau kelas yang diajarnya. Mereka kembali ke kebiasaan semula pada gaya mengajarnya. Training hanya sebatas media untuk meningkatkan derajat atau profesi saja namun bagaimana dengan inovasi donasinya pada siswa mereka tidak terlalu dipusingkan.
Tidak heran jika banyak murid merasa kecewa dan mengeluh. Mereka sering tidak konsen dan tidak semangat dalam belajarnya. Di kelas yang ada hanyalah tidur. Padahal, mereka semua ingin dianggap sama walaupun mereka memiliki pola piker dan kecepatan berpikir yang berbeda-beda.
Guru dari masa lalu hingga sekarang memiliki persamaan, yakni mereka menyukai murid yang pintar karena mudah dalam mengajarnya. Mereka kerap menyalahkan sekolah bahwa mengapa sekolah salah dalam menyeleksi murid. Maunya mereka adalah memiliki murid yang pandai. Jika persepsi ini terus bersemahyang, maka pendidikan di Indonesia akan sama seperti yang dulu-dulu.
Pertimbangannya bahwa murid harus pandai adalah sebagaimana Sekolah Negeri yang favorit. Mengapa sekolah negeri yang favorit selalu menempati posisi yang tinggi, itu karena muridnya sudah bagus dan tidak diajar pun mereka sudah bisa. Ini yang menjadi rebutan guru-guru pandai ingin mengajar mereka. Padahal guru-guru pandai itu sangat diharapkan kehadiran dan inovasinya untuk mendampingi murid yang memiliki kekurangan dalam belajar, bahkan bagi mereka yang berkebutuhan khusus.
Sekarang dimanakah titik kesuksesan anda dalam mengajar di dalam kelas untuk membuat murid bisa? jika titik kesuksesan tersebut ada pada murid-murid atau mereka yang pandai, tentu itu mudah. Seharusnya titik kesuksesan ada panda mereka yang benar-benar tidak bisa kemudian menjadi bisa. Itu merupakan sesuatu yang luar biasa bagi mereka.
Mungkin system zonasi dalam PPDBonline yang dilakukan oleh pemerintah sekarang ini sudah cukup membantu pemerataan murid pada sekolah-sekolah dari pelosok hingga kota. Yang harus dilakukan juga adalah pemerintah juga harus melakukan pola penyebaran guru yang tepat. Jangan hanya guru terbaik itu menggelembung dan terkumpul pada sekolah perkotaan saja. Mungkin dengan seperti itu, keadaan pendidikan di Indonesia akan semakin maju.


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

7 SMA Berasrama Terbaik Se-Jawa Timur

The most expensive school in Indonesia

Budaya Oya-koko yang luntur di tanah Garuda