Siapakah guru hebat itu?

Guru Hebat Di Tempat Hebat, Salah?

Fenomena penempatan guru-guru hebat sekarang ini serasa menjadi dilematis karena beberapa hal seperti mengejar rating sekolah. Guru hebat rata-rata berada di tempat yang memiliki siswa-siswa hebat. Pertanyaannya, lalu siswa yang tidak hebat mau dikemanakan? Lihat saja ketika melihat guru-guru hebat termasuk guru yang lebih senior keilmuannya lebih banyak menduduki sekolah perkotaan, apalagi dengan sekolah negeri.

Pada konteks penerimaan siswa saja, system yang dilakukan masih menganut system tradisional Seleksi Alam ala Darwin. Sekarang kita pasti dapat melihat bagaimana anak-anak dengan kondisi paling pintar saling berlomba-lomba menempati sekolah perkotaan. Rata-rata nilai dengan akumulasi paling tinggi hingga di atas rata-rata selalu berada di SMP-SMA Negeri di perkotaan atau yang sering terkenal di sebut dengan sekolah favorit. Kemudian siswa dengan kapasitas di bawah mereka selalu terpinggirkan sehingga bersekolah di wilayah kecamatan.
Mereka yang berkapasitas rendah juga banyak menempati sekolah-sekolah swasta. Itu lebih banyak karena sekolah swasta masih dipandang sebagai sekolah yang membutuhkan siswa, meskipun sudah banyak pula sekolah swasta modern yang bagus dan mau menerima siswa yang beragam dari yang terpandai hingga yang sedang.

Mungkin untuk mereka yang sudah berada di sekolah negeri yang berada di perkotaan atau berada di sekolah favorit dipandang memerlukan perhatian khusus agar kemampuan mereka menjadi maksimal hingga menorehkan titah prestasi yang membanggakan. Namun itu ternyata stigma yang kurang tepat meskipun mereka perlu itu. Bayangkan saja kita memiliki dua anak yang kurang pandai dan yang pandai, pasti anak yang kurang pandai memerlukan bimbingan lebih dari pada anak kita yang pandai, begitu pula dengan keberadaan sekolahan tersebut, pasti sekolah dengan murid dengan input pas-pasan lebih memerlukan perhatian khusus. Maka dari itu, guru-gurunya harus dari kalangan guru-guru hebat.
Pertanyaan yang agak nyentil sebenarnya hakekat pendidikan itu apakah seperti yang diamanahkan oleh undang-undang yakni mencerdaskan kehidupan bangsa? Atau sebaliknya mencerdaskan orang cerdas dan mendampingi yang ordinary. Orang tentu akan sangat senang sekali melihat muridnya memegangmedali atau piala atas lomba dan kompetisi yang diikuti peserta didik. Itu dipandang sangat membanggakan bahkan merupakan harga diri sekolah. Namun ada sisi lain yang tertinggalkan, orang cenderung tidak merasakan bahwa dapat mengubah anak didik yang biasa saja dengan IQ yang biasa bahkan di bawahnya hingga dapat menaikkan prestasinya walaupun satu jengkal angka.
Padahal tujuan sekolah itu adalah merubah input yang bervariasi menjadi output yang seragam yang mengalami perkembangan dari input, kemudian di proses hingga menjadi output yang lebih baik dari pada input. Namun lebih banyak ini dibelokkan oleh euphoria kompetisi yang selalu menyisahkan peserta yang kalah.

Di sinilah sebenarnya, sistem pendidikan harus direstorasi, walaupun tidak dirubah semua. Sistem pendidikan negeri yang dipandang mengalami peningkatan ini harus diimbangi dengan asas pendidikan menyeluruh adil dan makmur. Siapapun mereka, dari kalangan apapun mereka patut untuk diperhatikan hingga menjadi lebih baik.  
Kalau kita resapi, sebenarnya murid yang pintar tidak perlu adanya guru karena mereka telah memiliki kemampuan dan kemandirian yang cukup untuk mengembangakan pola piker dan belajarnya. Bagaimana cara meningkatkan kapasitas pun mereka sudah tahu, hanya saja guru perlu untuk mengarahkan saja menuju arah yang tepat dan benar. Namun untuk andak dengan kapasitas perlu dibantu biasanya memiliki tingkat kemandirian yang rendah. Ini perlu pendampingan yang super. Kalau buakan guru hebat yang mendampinginya, mereka bisa saja malas, tidur, bahkan membuli guru. Ilmu guru untuk mendidik mereka harus sacred a.k.a sakti.

Jadi, penempatan guru hebat harus ditempatkan secara menyeluruh tidak boleh berebut area yang penuh dengan kenyamanan di perkotaan tersebut. Siapa yang mampu membawakan sistem pendidikan menyeluruh ini adalah pemerintah beserta stakeholder pendidikan yang lain yang harus bahu membahu memikirkan kemaslahatan pendidikan di negeri ini.

Comments

Popular posts from this blog

7 SMA Berasrama Terbaik Se-Jawa Timur

The most expensive school in Indonesia

Budaya Oya-koko yang luntur di tanah Garuda