Budaya Oya-koko yang luntur di tanah Garuda
Mengenal Budaya Jepang Oya-Koko Pada Wajah Modern Ini
Jepang menjadi negara yang memiliki peradaban
tinggi karena pola pikir manusianya yang ingin selalu maju. Kunci hidup yang
ada pada diri mereka adalah hidup untuk berusaha maju. Itulah yang membuat
mereka maju hingga sekarang ini. Namun di sisi yang lain negara tersebut juga
memiliki tingkat penuaan yang tinggi. Per September 2014 lalu saja Jepang
memiliki memiliki proporsitertinggi warga lanjut usia;
33,0% warga berada di atas usia 60 tahun, 25,9% warga berusia 65 tahun atau
lebih tua, 12,5% berusia 75 tahun atau lebih tua sehingga dianggap
sebagai negara dengan tingkat penuaan tertinggi. Dari kejadian tersebut,
hubungan antara ayah dan anak terbukti menjadi harmonis. Diantara mereka
memiliki rasa peduli yang tinggi dengan didukung angka mortalitas yang sangat
rendah.
Penduduk Jepang
memiliki budaya berbakti kepada orang tua yang sering disebut Oya-Koko, hingga
kini budaya tersebut masih dipegang teguh oleh mereka. Oya-KoKo versiJepang adalah berbakti kepada orang
tua, memerlukan kepekaan anak, kewajiban, dan loyalitas dipertanyakan garis
keturunan dan orang tua" (Ho, 1992, hal. 37). Penerapannya, keadaan
orang tua dengan usia di atas 65 menjadi perhatian khusus dalam kehidupannya. Mereka
meramut orang tua mereka dengan ikhlas dari memandikan hingga memberi makan. Sepulang
bekerja, yang mereka kerjakan adalah bergaul dan menemani orang tua.
Keadaan itu terwujud karena sejak kecil orang tua telah meramut anak
dengan penuh perhatian. Dari menemaninya pergi ke sekolah hingga bermain
bersama-sama. Mereka berpendapat bahwa dengan memperhatikan anak, kelak mereka
akan mau untuk memperhatikan kita. Karena telah mengakar dan menjadi budaya,
kebiasaan yang positif itu tidak akan hilang. Orang akan menjadi malu dan tabu
jika tidak melakukan kegiatan tersebut. Sangat jarang sekali dijumpai anak durhaka
di Jepang karena mental dan sikap sudah terbentuk.
Jika berkaca pada budaya tersebut, apakah budaya Oya-Koko terwujud di
Indonesia di zaman ini. Sekarang ini, banyak sekali orang-orang yang berkaca
pada kebudayaan barat atau masyarakat metropolis. Orang tua diterlantarkan dan
diserahkan pada panti Werdha atau tempat penampungan Lansia. Sungguh miris
sekali melihat keadaan yang seperti itu. Orang tua pada zaman dahulu meramut,
menyuapi, bahkan memandikan kita, namun tidak mendapat balasan hal yang sama
setimpal dengan apa yang ia perbuat kepada anaknya.
Pengaruh media dan dunia digital membuat anak sekarang cenderung
mencontoh kehidupan yang sering ditampilkan di internet dan melunturkan budaya
indah nan beradab seperti budaya masa lalu. Asas balas jasa sekarang sudah
hilang di sebagian elemen masyarakat sekeliling kita.
Bagi anda yang menjadi orang tua atau baru memiliki anak sangat
direkomendasikan untuk mendidik anak anda dengan penuh kasih sayang dan
kelembutan. Ajarkan kepada mereka bahasa keindahan. Apabila anda tidak dapat
menahan amarah akan kenakalan mereka yang tinggi, maka diam atau peluklah
mereka namun tetap emngarahkan mereka pada hal yang benar dan baik. Menjadi orang
tua itu tidak mudah, kuncinya adalah sabar dan telaten menjadi teman hidup
mereka hingga mereka dapat menjadi sosok yang mandiri.
Perhitungannya jika anda berbuat kasar kepada mereka dan anda bersikukuh
keras dengan kebenaran yang anda miliki, maka kelak anda jangan heran kalau ada anak berani
kepada anda di masa tua anda. Anak yang anda hina karena ketidakmampuan anda
dalam sabar mendidik, akan menumpahkan rasa kesal yang menggunung dai hati
mereka. Maka jangan heran kalau sekarang banyak orang tua meninggal karena
dibunuh oleh anaknya sendiri. Mereka yang sejak kecil terlalu banyak mendengar
kata marah dan perlakuan kasar seolah merasahidup didunia seakan dibuli dan tak berharga. Di sisi yang lain, kekerasan
membentuk tempramen mereka menjadi keras.
Itulah budaya Jepang Oya-Koko yang sebenarnya dari dulu sudah ada di
Indonesia harus digalakkan melalui program-program orang tua cinta kepada anak.
Apalagi dengan banyak menghadirkan nilai-nilai agama kepada keluarga, keadaan
keluarga akan menjadi damai, sejahtera, dan tenang. Keluarga yang tenang akan
menguatkan kepribadian anak untuk menjadi pribadi yang kuat mental dan mandiri.
Comments
Post a Comment