SEKOLAH HARUS MEMILIKI MANUAL

Manual Sekolah Kunci Menuju Pendidikan Yang Konsisten


Mindset pendidikan lama beropini bahwa sekolah adalah komunitas sosial yang kental dengan naluri kebersamaan. Administrasi menjadi faktor kedua setelah terciptanya kebersamaan. Bak pepatah makan gak makan yang penting kumpul. Mereka berpendapat bahwa dengan kebersamaan segala masalah yang ada akan cepat terpecahkan. Yang penting adalah nilai hasil, entah bagaimana cara meraihnya itu adalah nomor selanjutnya. Citra seperti ini telahmelekat kental pada pelaku pendidikan. Meski KTSP dan K13 mengharuskan mereka membuat guideline kerja dan garis-garis program pendidikan, namun itu hanya dogma yang menjadi wajib apa bila hadir supervisor/pengawas. Administrasi dilakukan hanya untuk melengkapi tugas dan untuk mengelabuhi assessor demi selamat dari uji kompetensi guru secara administratif. Tidak hanya pendidik yang melakukan itu bahkan pimpinan pun juga banyak yang demikian. Pertanyaanya,untuk apa KTSP dan K13 sebagai manual sekolah dibuat jika hanya dijadikan sebagai mainan belaka?
Sebenarnya, setiap sekolah memiliki SOP (Standard of Operating Procedure) yang berisikan tata cara bertidak dalam hal pelayanan dibidang pendidikan. SOP yang dijadikan sebagai manual itu tidak cukup nyata diaktualisasikan pada pembelajaran. Karena tidak ada pengawas atau kepala sekolah, guru pun mengajar sebebas-bebasnya. Bahkan murid diajak bermain yang tidak ada sangkut pautnya dengan pembelajaran jika mereka tidak ada ide/bahan ajar.
Tidak cukup demikian, guru kebanyakan kembali melakukan pembelajaran dengan cara copy paste. Menyalin pembelajaran, berceramah kepada siswa, dan mendikte siswa secara gamblang serta tidak memberikan pengalaman pembelajaran berdasarkan konteksnya. Padahal, setiap guru kini telah mengalami kompetensi sebagai guru pembelajar. Namun itu tergantung pada mood, kalau moodnya tidak bagus pastinya kembali pada jurus pembelajaran tradisional. Alhasil, murid menjadi bosan dan tidur. Semakin bertambah masalah ketika murid tidak bersemangat dan tertidur, guru pun memarahi bahkan menghukumnya.Wahai pendidik, ini sudah bukan zaman Siti Nurbaya, yang diajar ini adalah generasi-Z/digital. Inovasi pembelajaran harus berkembang karena model dan gaya belajar peserta didik berbeda dengan dimana guru dulu belajar.Jika itu masih dilakukan. Maka jangan heran jika murid terlahir sebagai pemberontak sejati. Merekalahir dari penghukuman guru yang secara tidak langsung dapat dikatakan sebagai pembulian tersetruktur. Jadi, pembelajaran yang sesuai dengan zaman ini harus dilaksanakan dan guru harus berbesar hati untuk mengikuti arus perkembangan di bidang pendidikan.
Terdapat pertanyaan yang menyentil, Apa dengan manual guru tidak seperti robot? Sekarang kalau kita melihat keberadaan manual, itu tidak lepas dari dunia industri dan bisnis. Manual dibuat untuk menciptakan suasana yang teratur dan terukur. Di pabrik, manual menjadi hukum utama yang mengatur segala hal yang ada hingga menghasilkan hasil produksi yang sesuai dengan perencanaan. Semua dilaksanakan guna menampilkan sisi service excellence yang handal sehingga pelanggan merasa terlayani dengan baik. Sekarang jika sekolah tetap bersikukuh dengan kebersamaannya tanpa menghiraukan pentingnya manual, bagaimana cara mengukur keberhasilan sekolah secara konsisten. Mereka tidak menentukan dan membuat indikator pencapainnya. Misalnya, terdapat permasalahan yakni ada murid yang sedang berkelahi. Guru menghukumnya berdasarkan naluri kemanusiannya masing-masing sedangkan naluri itu berbeda kadarnya antara guru satu dengan yang lain. Bisa jadi, siswa sudah dihukum guru, kemudian ia dihukum lagi oleh guru yang lain. Bisa juga, guru memberikan hukuman di luar batas kewajaran. Coba kita membuat manual sekolah seperti menghukum siswa atas nama tata tertib sekolah. Murid dihadapkan dengan tata tertib, jika ia melanggar ia harus menanggung hukuman yang tertera seperti yang telah diketahuinya sejak pertama kali masuk sekolah. Murid merasa bersalah dan merasa dihargai. Ia tidak timbul rasa benci bahkan dendam kepada guru. Disinilah kehormatan guru di mata murid tetap terjaga.
Manual sekolah dibuat sebagai ratu adil di sekolah. Setiap sisi dan sudut yang ada di sekolah diselesaikan berdasarkan manual sekolah. Tidak hanya kegiatan yang berkenaan dengan siswa, bahkan antar guru pun itu adalah cakupan dari isi manual. Gunanya adalah untuk memberikan standardisasi pelayanan dan mutu sekolah. Sekolah memiliki kesesuaian yang harmonis dalam proses berkembangnya. Dari sisi seperti pembelajaran, sarana prasarana, pendanaan, pelayanan publik, eksternal dan internal program termaktub pada manual. Jika pekerja bekerja berdasarkan manual yang jelas maka tidak banyak yang dijumpai pekerja menghadapi kebingungan dalam proses kerjanya.

Pengembangan manual sekolah ini adalah untuk pengembangan sekolah. Sekolah yang memiliki manual yang baik dan teruji akan berkembang secara konsisten. Dia dapat berkembang melayani pengadaan sister school atau melahirkan sekolah baru dengan manual yang sudah ada. Sekolah baru penerima manual itu akan mudah tumbuh dan berkembang,karena hanya tinggal menjalankan prosedur yang ada dan tidak perlu repot-repot untuk membuat manual baru yang keberadaannya belum tentu teruji.

Comments

Popular posts from this blog

7 SMA Berasrama Terbaik Se-Jawa Timur

The most expensive school in Indonesia

Budaya Oya-koko yang luntur di tanah Garuda